Chap 5

Kiss Me and Let Me Die

[Re-Post]

T

Sungmin

Kyuhyun

Jungmo

and other cast

5

Fantasy | Romance | Humor

YAOI | AU | OOC | OOT | Aneh | Abal | Gaje | Typo | Bahasa tidak memenuhi EYD | Garing

UNLIKE! DON’T READ!

DON’T COPAST!

Ok,

Happy read ^^

.

.

.

.

.

 

Before Chapter

 

.

.

“Iya, juga ya…” Eunhyuk menggigit bibirnya, lalu tiba-tiba, tiada angin tiada hujan, laki-laki bergummy smile itu berteriak panik, “Aiissh!”

 

Sungmin yang melihat sahabatnya panik juga ikutan panik. “Kenapa? Kau kenapa Hyukkie?”

 

Laki-laki manis itu takut kalau-kalau Kyuhyun melakukan sesuatu pada sahabatnya. Memang sih, ia sedari tadi tidak melihat malaikat kematian itu, tapi siapa tahu dia bisa menghilang dari penglihatannya juga. Jika ada yang terjadi dengan Eunhyuk, Sungmin takkan mengampuni malaikat itu.

 

“Aduh! Rusak deh jadwalku!” Eunhyuk menjatuhkan kepalanya ke meja. Sungmin sweetdroop seketika mendengar pernyataan Eunhyuk barusan. Ia kira Kyuhyun sudah melakukan hal yang tidak-tidak, ternyata…

 

“Jadwal apa?”

 

“Berhubung aku harus membelikan hadiah yang praktis, itu artinya aku tidak bisa merencakan membeli hadiah untuk Donghae dari sekarang! ” Eunhyuk menyimpulkan, sambil terlihat terpuruk menyadari kenyataan mengerikan bahwa dia tidak bisa mempersiapkan hadiah ulangtahun kekasihnya sebelumnya. Sungmin hanya kembali menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya yang aneh.

.

.

.

 

CHAP 5

.

.

.

 

Malam itu Sungmin sedikit susah tidur. Mungkin gara-gara Kyuhyun yang melayang naik-turun di sudut kamarnya seperti biasa, menghantuinya seperti bayangan kematian yang tidak mau pergi.

 

“Kyuhyun! Bisa tidak kau berhenti naik-turun seperti itu?” ucap Sungmin sebal.

 

“Memang kenapa?” jawab Kyuhyun cuek dan masih setia melayang-layang walaupun dia sudah tidak naik-turun lagi.

 

“Risih lihatnya! Duduk saja bisa, kan? Aku tidak bia tidur. Apa karena kau tidak bisa mengambil nyawaku, jadi kau ingin buat hidupku susah, ya?” gerutu Sungmin sembari memandang Kyuhyun yang melayang-layang dengan tatapan kesal.

 

“Astaga, kau cerewet sekali.” ucap Kyuhyun sembil mendesah panjang, sepertinya namja itu tidak mood untuk berdebat dengan pemuda manis bermata foxy itu. Dia mengalah dan mendarat di lantai, duduk bersila sambil menyilangkan tangannya di depan dada. “Puas? Maaf, kau harus terbiasa denganku.”

 

Sungmin menatap laki-laki itu tidak percaya. Selama laki-laki bersayap itu mengikutinya, pria itu tidak pernah mengucapkan kata maaf, walupun tadi dikatakan sedikit cuek. Apalagi ia melihat raut muka Kyuhyun yang sedikit suram daripada biasanya. Dan itu membuatnya cukup heran dan rasa penasarannya membuncah kembali.

 

“Kau kenapa?” tanyanya penasaran. “Kelihatan lain dari biasanya.”

 

Lako-laki bersayap hitam itu menatapnya tanpa suara selama beberapa saat, lalu mendesah lagi. Kelihatannya dia tidak rela membagi hal yang membuatnya seperti ini, tapi akhirnya dia menceritakannya juga.

 

“Hari ini aku harus mengambil nyawa satu keluarga, untungnya hanya seorang anak kecil yang masih selamat. Tetapi setelah kutelusuri kehidupan anak kecil itu, dia tidak mempunyai siapa-siapa lagi selain keluarganya yang meninggal tadi. Terkadang aku merasa tidak suka saat mengerjakan tugasku.” Kyuhyun menjelaskan apa yang membuatnya jadi muram seperti ini.

 

Sungmin yang mendengarkan cerita namja itu merasa sedih, seolah ia yang merasakan kejadian itu. Tanpa sadar sebutir air mata jatuh membasahi pipinya. Cepat-cepat dia mengusapnya sebelum namja berambut hitam itu melihatnya melankolis seperti ini. Dan kembali menatap Kyuhyun yang sepertinya betul-betul kelihatan sedih.

 

“Jadi, kau punya perasaan juga?” semburnya dengan tidak sensitifnya sebelum sempat menyensor ucapannya. Kyuhyun melotot tersinggung.

 

“Memangnya itu aneh ya?”

 

“Maaf…” katanya sembari menundukan kepalanya, ia merasa bersalah. Dalam hatinya dia mengumpat mulutnya yang tak bisa diajak kompromi. “Maksudku itu kan memang tugasmu. Dan kau sudah melakukannya lama sekali, kan? Kupikir…”

 

“Itu sudah jadi kebiasaan? Itu sudah tidak membuatku merasakan emosi apa-apa lagi?” Kyuhyun memotong ucapan Sungmin dengan terkaannya.

 

Sungmin mengangguk pelan. Kyuhyun memalingkan wajahnya ke arah jendela dan tidak mengucapkan apa-apa lagi. Ia jadi heran kenapa pria dingin itu mau menceritakan soal itu kepadanya yang kedengarannya pribadi sekali. Mungkin pria itu kesepian. Bagaimanapun, pria itu kan malaikat kematian. Mau berbicara dengan siapa dia? Sedangkan Sungmin satu-satunya manusia yang bisa melihatnya dan masih hidup. Jelas dia tidak punya pilhan. Sungmin jadi merasa kasihan dengan hidup Kyuhyun yang pastinya sepi dan hanya ditemani roh-roh yang akan ia antar ke alam lain. Dan juga pasti dia sudah menjalankan tugas ini sejak lama bukan?.

 

“Berapa umurmu sebetulnya?” tanya Sungmin memecahkan suasana sunyi yang tidak mengenakkan tadi.

 

“Seribu sembilan ratus sembilan belas tahun.(1919).” jawabnya masih menatap ke arah luar jendela, memandang langit malam yang dihiasi oleh jutaan gugusan bintang-bintang.

 

Sungmin menatap kyuhyun dengan tatapan kagum yang bercampur terkejut. Umurnya tua sekali, namun wajahnya seperti pria berumur 20 tahun. Ia jadi ingin seperti Kyuhyun bisa awet muda di umurnya yang sudah se-abad.

 

“Dan selama itu kau melakukan pekerjaan ini?” Kyuhyun mengangguk sembari menatap Sungmin. “Rotasinya setiap 3000 tahun. Aku tidak akan yah, kalian menyebutnya ‘pensiun’ sampai 1100 tahun lagi.”

 

“Kok bisa kau yang dipilih?”

 

“Turun-temurun. Aku tidak tahu bagaimana awalnya, tapi yang pasti itu bukan sesuatu yang bisa dihindari.”

 

Sungmin menggelengkan kepalanya merasa kagum lagi. Ia jadi makin bersimpati pada Kyuhyun yang begitu lahir takdirnya sudah ditentukan untuk menjadi pencabut nyawa. Selama hampir 2000 tahun lagi.

 

“Apa yang terjadi kalau kau berhenti bekerja, misalnya. Memangnya kau tidak bisa memberikan protes mengenai ini?”

 

“Kalau aku berhenti bekerja, roh-roh manusia akan tersesat dan mereka yang akan menanggung akibatnya. Aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.”

 

Sungmin menatapnya dengan berbagai perasaan bercampur aduk. Ternyata pada dasarnya pria dingin itu baik dan pastinya masih memilik hati. Kenapa ia diberi kesempatan mengenalnya? Kenapa ia yang harusnya sudah mati sekarang masih hidup?. Pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk di otaknya, membuatnya berpikir bagaimana ia dan malaikat itu harus menyelesaikan masalah ini?.

 

“Kau tidak suka ya disini? Gara-gara aku, hidupmu jadi bertambah susah?”

 

Kyuhyun memandangnya dengan ekspresi serta sorot mata yang tidak bisa dibaca. Dia mengangkat bahunya. “Bukan masalah besar, walaupun memang sedikit tidak nyaman. Yah, paling tidak aku bisa berbicara dengan seseorang, walaupun itu orang sepertimu.”

 

Sungmin mengerucutkan bibirnya dan menggembungkan pipinya mendengar ucapan namja bersayap itu, tapi tidak betul-betul tersinggung. Mengingat datangnya dari dia, setidaknya itu pujian terbaik yang bisa ia dapat.

 

“Menurutmu kenapa ini terjadi? Betul-betul belum pernah ada orang yang menghindari kematian selama 1919 tahun kamu bekerja?” tanyanya penasaran.

 

“Bukan cuma selama 1919 tahun masaku bekerja. Selama dunia ini ada, belum pernah ada yang jiwanya tidak berhasil kami ambil pada tanggal yang ditentukan.”

 

Sungmin sedikit bergidik. Apa yang spesial dari dirinya sampai ia bisa menghindari takdirnya? Seumur hidupnya ia yakin ia orang yang biasa-biasa saja. Tidak ada hal yang aneh yang pernah terjadi, bahkan bersentuhan dengan hal-hal supernatural atau apapun itulah. Hanya waktu itu saat dia meminta kepada Tuhan untuk menurunkan bintang jatuh supaya dia dapat menceritakan keinginannya yang ingin lulus di ujian matematika dan hal itu terkabulkan. Ia melihat sebuah bintang jatuh yang jatuhnya kelihatnnya tak jauh darinya. Cepat-cepat ia berdoa dan keesokannya dia lulus walaupun dengan hasil yang hampir membuatnya dinyatakan tidak lulus. Dan kemudian dia tahu kalau kemarin bukan bintang jatuh melainkan tongkat mainan Sungjin yang berbentuk hampir menyerupai bintang itu jatuh. (^-_-)

 

Jadi apa betul ia selamat hanya karena ia melakukan perbuatan baik di saat terakhirnya? Atau ia cuma punya niat baik, bukan betul-betul melakukan perbuatan baik. Pertanyaan-pertannyan itu membuatnya sedikit pusing.

 

“Kau punya keinginan yang kuat?” tanya Kyuhyun tiba-tiba, membuyarkan lamunan Sungmin tentang hidupnya.

 

“Hah?”

 

“Maksudku kau punya satu keinginan dalam hidup yang betul-betul kau pegang teguh? Sesuatu yang kau bertekad akan melakukannya sebelum mati?”

 

Sungmin berpikir-pikir sejenak. Banyak hal yang ingin ia lakukan sebelum mati. Lulus sekolah. Kuliah. Mengumpulkan pundi-pundi uang sebanyak mungkin. Mengelilingi dunia. Lalu mempunyai keluarga sendiri. Bagaimana ia bisa memilih satu hal?

 

“Pikirkan, Ming. Satu hal kalau kau boleh minta satu permohonan sebelum mati, apa permohonan itu? Yang paling penting dari semuanya.”

 

Sungmin tersentak saat Kyuhyun memanggilnya Ming. Ada sebuah perasaan yang aneh merasuk dalam dirinya ketika laki-laki itu menyebut namanya seperti itu. Entahlah perasaan apa itu. Yang jelas itu membuatnya merasa spesial di mata laki-laki itu. Mungkin… ==a

 

“Ming?”

 

“Memangnya aku tidak boleh memanggilmu seperti itu?”

 

“B-boleh…” ucapnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Sedetik kemudian dia terlarut dalam pikirannya.

 

Ia menimbang-nimbang. Yang terpenting dari semuanya satu hal yang mutlak harus ia lakukan sebelum meninggalkan dunia ini. Ia rasa menikah dan segala macamnya itu sudah biasa. Lalu ia teringat sesuatu. Seketika itu juga wajahnya langsung berubah merah. Keinginannya satu-satunya keinginan dalam hidup. Keinginan konyol dan memalukan. Mana bisa ia mengatakan hal itu pada Kyuhyun? Ia sudah membayangkan bagaimana reaksinya, pasti dia bakal bilang sesuatu seperti, “Dasar terlalu kebanyakan nonton film.”

 

“Apa?” tanya Kyuhyun saat melihat wajah Sungmin yang memerah. “Apa keinginan yang terbesar dalam hidupmu?”

 

“Iii… itu… tidak akan kukasih tahu!” jawabnya sambil memalingkan mukanya dan menenggelamkan dirinya ke bantal.

 

“Ming! Tahu tidak, mungkin itu jawabannya! Mungkin hal itu yang menyebabkan kau tetap hidup sampai saat ini.” Ia mendongakan kepalanya dari bantal dengan kaget. “Serius?” karena hal itu kedengarannya sangat tidak masuk akal . Keinginan yang super sepele dan dangkal.

 

“Sudahlah, katakan apa itu?” Kyuhyun mendesaknya dengan tidak sabaran.

 

“Tapi itu memalukan.”

 

“Aku sudah hidup selama 1919 tahun. Aku sudah melihat banyak hal. Dan aku sudah tinggal bersamamu selama tiga hari. Aku yakin aku bisa mengatasinya.”

 

“Aisssh, kau kedengeran seperti Eunhyuk. Dan itu menyebalkan.”

 

“Ming,” Kyuhyun terlihat putus asa. “Jangan memaksaku untuk membaca pikiranmu sendiri.” Sungmin langsung panik mendengar ancaman itu.

 

“Arra! Tapi janji jangan menilai sembarang atau langsung mencelaku.” ucap Sungmin masih sedikit ada rasa takut akan diejek. Sedangkan Kyuhyun mengangguk dan menatapnya .

 

“Aku menginginkan ciuman pertamaku.” cicitnya.

 

Hening.

 

Semenit… dua menit… tidak ada suara. Ekspresi Kyuhyun tetap datar, tidak berubah. Ia mulai panik. Sepertinya malaikat itu shock mendengar penuturannya.

 

Dengan panik, Sungmin melompat ke sebelah Kyuhyun dan menepuk-nepuk pipi tirusnya. “Gwenchana? Kyuhyun?”

 

Malaikat itu tersentak dan langsung menepis tangan Sungmin. Ia menatap mata Sungmin dalam-dalam, membuat Sungmin menjadi gugup. “Kau serius?” tanyanya masih dalam nada datar.

 

“Ya, kau tidak akan menciumku saat ini juga kan? Karena aku tidak bisa sembarangan menerima ciuman. Pertama-tama, harus dengan orang yang tepat, lalu itu juga harus ciuman pertama orang itu dan…”

 

“Dari semua keinginan yang ada, kau memilih itu? Dasar anak kecil terlalu banyak menonton film! Kau itu waras atau tidak sih?” cela Kyuhyun, membuat ucapan Sungmin terpotong.

 

‘Nah, betul, kan?’ ucap Sungmin dalam hati.

 

“Ya! Kan sudah kubilang jangan menilai sembarang dan langsung mencelaku.”

 

“Kalau begitu, jelaskan. Aku sangat penasaran dengan penjelasan masuk akal yang akan membenarkan pemikiran sinting itu.”

 

Sungmin terdiam. Yah, sejujurnya ia tidak betul-betul punya penjelasan untuk itu tapi kenapa laki-laki itu harus berkata seperti itu? Dasar tidak peka!.

 

“Sungmin-ah!” suara tajam Kyuhyun memotong lamunannya, Membuat laki-laki berwajah manis itu kembali ke kesadarannya.

 

“Apa salahnya sih mempunyai keinginan seperti itu? Bukankah itu malah lebih bagus untukmu? Coba kalau aku ingin punya cucu dulu! Kau mau melakukan apa, hah?” kata Sungmin sewot.

 

Sekarang gantian Kyuhyun yang diam. Tapi dia masih menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. “Aku tidak akan pernah mengerti manusia.” gumamnya dan hal itu tertangkap oleh pendengaran Sungmin.

 

“Itu karena kau tidak dilahirkan sebagai manusia.” sergahnya menghela nafasnya dan memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan.

.

.

 

 Sungmin PoV

 

“Jadi menurutmu, keinginanku yang belum terkabul itu, aku tidak bisa mati? Tapi aku pasti bukan orang pertama yang punya keinginan sebelum meninggal yang belum terkabul padahal sudah waktunya mereka pergi, kan?”

 

“Yah, itu bukan satu-satunya alasan. Masih ada faktor tindakan tak terdugamu yang menyelamatkan anak kecil itu, mungkin kombinasi kedua faktor itulah yang akhirnya membuat semua jadi begini.” ucapnya sembari melirikku.

 

“Memangnya keinginanmu itu betul-betul kuat ya?”

 

“Sangat!” jawabku cepat. “Sekarang, setelah aku memikirkannya, aku betul-betul tidak rela mati sebelum mendapatkan ciuman pertamaku.”

 

Kyuhyun menatapku dengan ekspresi tak terbaca. “Ming, aku tidak tahu banyak tentang ini. Mengingat ini belum pernah terjadi sebelumnya. Tapi, percaya atau tidak melawan takdir, apalagi waktu kematianmu sendiri, cepat atau lambat akan menimbulkan konsekuensi terburuk.”

 

Entah kenapa mendengar kata-katanya tadi membuatku merinding. Aku jadi takut? Sebetulnya berapa serius masalahku? Apa yang sudah kulakukan? Seberapa besar akibatnya? Kemana jiwaku akan pergi kalau Kyuhyun berhasil membebaskan nyawaku dari ragaku?. Aisssh, sungguh memusingkan.

 

“Yah, bagaimanapun, kau tidak perlu khawatir. Rasanya aku sudah menemukan orang yang tepat itu. Tapi aku belum seratus persen yakin.”

 

Kyuhyun terlihat tertarik. “Benar? Nugu? Laki-laki di perpustakaan itu?”

 

“Kenapa kau bisa berpikir seperti itu?” tepat waktu aku selesai membucapkannya, aku melongo tidak percaya. Omona! Mulutku sudah melakukannya lagi! Aisshh, bodohnya diriku. Eh, tapi Kyuhyun tidak tahu soal keemahanku ini kan?

 

“Oh, jadi betul dia.”

 

Mwo! Kok dia tahu ? Jangan-jangan semua orang tahu kebodohanku kecuali aku sendiri! Aku kesal sekali, dan menjatuhkan diriku ke tempat tidurku dan bersembunyi di bawah selimutku. ” Terserah.”

 

“Paling tidak kita sudah mendapat sedikit petunjuk. Mungkin masalah ini akan beres. Sebaiknya sekarang kau istirahat. Sudah malam. Nanti orangtuamu bangun karena mendengar ocehanmu sendiri. Aku akan menghilang sebentar supaya kau bisa tidur.”

 

Uh, apa tadi katanya ‘kita’ seakan ini rencana kami berdua! Aku tidak ingin mencari jalan supaya nyawa ini lepas dari tubuhku! Tapi Kyuhyun tampaknya sudah ingin mengakhiri pembicaraan, kerena waktu aku berbalik di sudah tidak ada.

 

Tiba-tiba aku merasa capek sekali. Pembicaraan kami malam ini menyingkap banyak hal, dan semuanya jadi sedikit lebih jelas. Tapi aku masih tidak tahu bagaimana ini akan berakhir. Dan aku tidak yakin aku ingin tahu.

 

.

 

.

 

.

-TBC-

 

sign,

 

 

Yui chan

 

Chap 4

Kiss Me and Let Me Die

[Re-Post]

 T

Sungmin

Kyuhyun

Jungmo

and others

 4

Fantasy | Romance | Little humor

YAOI| AU | OOC | OOT | Aneh | Abal | Gaje | Garing |Typo | Bahasa tidak sesuai EYD

UNLIKE! DON’T READ!

DON’T COPAST!

Ok,

Happy read ^^

.

.

.

“Hmm. Aku jelas tidak sejelek itu,” suara Kyuhyun yang berbisik di telinga Sungmin saat suasana perpustakaan sedang sepi-sepinya, membuat pria penyuka warna pink itu terlonjak kaget dan reflek menjerit sambil melemparkan buku yang ia pegang ke wajah Kyuhyun.

“Huaaa! Jangan muncul tiba-tiba, dong!” teriak Sungmin kesal.

Kyuhyun menangkap buku itu dan membaca judulnya sambil memicingkan matanya.

Cara Ampuh Menjauhkan Bayang Malaikat Kematian dari Hidup Anda. 

Laki-laki bersayap hitam itu mengernyit seakan baru menyentuh sesuatu yang menjijikan, lalu melayangkan buku itu kembali ke rak dengan asal-asalan. “Buat apa membaca buku-buku yang ditulis manusia tentang aku? Jelas tidak ada satupun dari mereka yang masih hidup pernah bertemu denganku. Yah, kecuali kau. Jadi tidak ada gunanya mencari informasi tentangku di sana. Masa aku digambarkan sebagai sosok tidak jelas bertudung hitam dan membawa pacul. Ide dari mana itu?!” Kyuhyun malah menggerutu sendiri dan tidak memperhatikan Sungmin di sampingnya menatap bengong ke arahnya.

“Lagipula, seperti yang sudah kubilang, aku tidak bisa pergi sebelum urusanku denganmu selesai. Tidak usah buang-buang waktu melakukan ritual-ritual menggelikan untuk mencoba mengusirku.”

“Huh! Dasar malaikat menyebalkan, sombong, tidak tahu sopan-santun!” gerutu Sungmin cukup jelas di tangkap pendengaran laki-laki bersayap hitam itu.

“Sungmin-ah?” suara laki-laki lain membuatnya tersentak dan seketika menutup mulutnya. Sungmin menoleh perlahan-lahan, takut pada apa yang ia temui.

Saat ia akhirnya berbalik, ia melihat Jungmo sedang berdiri di belakangnya. Dahi namja itu berkerut heran melihat Sungmin berbicara sendiri. “Kamu sedang bicara dengan siapa?”

“Ah eh…” Sungmin menoleh ke arah Kyuhyun dengan bingung, tapi pria itu hanya mengangkat bahu dan menghilang tanpa peduli pada Sungmin yang gelagapan sendiri dan mengutuknya dalam hati.

“Mmm, sedang latihan drama,” jawabnya malu-malu setelah memutar otaknya mencari alibi yang tepat untuk keadaannya.

“Drama? Jangan di perpustakaan dong, lihat penjaga perpustakaan sudah melotot tuh,” Jungmo memberi isyarat ke arah meja penjaga perpustakaan dan Sungmin melirik takut-takut ke sana. Langsung disambut oleh tatapan tajam si penjaga perpustakaan yang mengacung-acungkan telunjuknya pada tanda ‘Harap Tenang’ yang tergantung di atasnya. Sungmin membungkukan badan meminta maaf dan menoleh kembali ke Jungmo.

“Maaf. Tadi aku terbawa suasana. Habisnya cari tempat yang tenang di sekolah susah, hehehe…” Sungmin tersenyum garing. “Keluar saja yuk.”

Jungmo mengikuti langkah kecil Sungmin keluar perpustakaan, tapi pemuda itu sepertinya masih tampak penasaran. “Jadi… kamu latihan drama apa? Setahuku kita tidak ada tugas drama.”

‘Mati aku.’

“Eh, i-itu aku ikut semacam teater, sebagai kegiatan tambahan.” jawab Sungmin asal. Alasan kebohongan apalagi itu? ==’

“Oh, ya? Di mana?” di luar dugaannya namja berambut coklat itu tampak makin tertarik. “Aku boleh lihat pentasnya nanti? Ceritanya tentang apa?”

huwaaa, Sungmin benar-benar mati kutu. Pria cute itu ingin sekali menjatuhkan dirinya ke sungai Han saat ini. Sekadar ingin menjauh dari pertanyaan itu. Poor Lee Sungmin….

“Eh, a-aniyo, aku tidak akan ikut pentas besok. Aku cuma pemeran pengganti saja, semacam cadangan. Jadi kalau semuanya berjalan lancar, aku tidak akan tampil.” kata Sungmin hampir tidak bisa menutupi kebohongannya.

“Oh, cuma pemeran pengganti, tapi latihannya semangat sekali. Jadi salut aku! Mau aku bantuin latihan dialognya?” ucap serta tanya Jungmo yang masih saja mencecar Sungmin tidak peka.

“Tidak perlu! Aku sudah hapal kok. Eh… mmm… maaf, aku malah mengajak kamu keluar begini. Tadi kamu masih ada perlu diperpustakaan?” tanya yeoja bermata kelinci itu cepat-cepat mengalihkan pembicaraan.

“Oh, tidak. Aku sudah dapat buku yang mau aku pinjam.” Jungmo mengacungkan buku yang sedang dipegangnya. Sebuah buku tentang musik.

“Buat tugas.” kata Jungmo kembali sewaktu melihat Sungmin menatapnya dengan memiringkan kepalanya -tanpa Sungmin sadari- memancarkan aegyonya membuat Jungmo tidak bisa menahan diri untuk tidak memeluk laki-laki manis itu saat ini juga.

Kemudian namja berambut coklat itu tertawa. “Ekspresimu lucu sekali Minnie! Mana mungkinlah aku pinjam buku ini kalau bukan karena ada tugas?” Jungmo tetap tertawa sembari tangannya mengacak rambut Sungmin. Membuat laki-laki imut itu berblusshing ria. Lihatlah! pipinya yang chubby sudah diwarnai oleh semburat warna merah, membuatnya terlihat tambah imut. >.< *pengen nyubit pipinya*

Yang jelas di pikiran Sungmin, Jungmo tambah menarik kalau sedang tertawa seperti itu dan Ia sempat terpesona dibuatnya. Mereka berdua akhirnya berpisah saat masuk di cafetaria sekolah. Jungmo berjalan ke tempat teman-temannya dan Sungmin berjalan ke tempat Eunhyuk yang sekarang tengah menikmati jus strawberry sambil melihat ke arahnya. Eunhyuk yang melihat Sungmin dan Jungmo masuk bersama-sama tadi langsung menyikutnya.

“Minnie, apa itu tadi? Kau ada apa-apa ya sama Jungmo?” tuduh laki-laki berambut blonde itu langsung.

Sungmin hanya tersenyum misterius. “Tidak ada apa-apa kok.”

“Tidak ada apa-apa kok pipimu memerah, terus senyam-senyum tidak jelas seperti itu? Hayo~ kenapa?” Eunhyuk tidak mau menyerah.

“Apa sih? Cuma jalan bersama saja kok diributkan.”

“Kau suka Jungmo, kan?”

“Kenapa kau bisa berpikiran seperti itu?”

“Aha! Benar kalau gitu kau suka Jungmo.”

“Hyukkie! Apa sih maksudmu??” yang bisa menjadi pembujuk pantang menyerah bukan Eunhyuk saja, Sungmin juga bisa. Ia mengusiknya sampai pemuda bergummy smile itu mau mengaku dari mana dia bisa mengambil keputusan seperti itu dan kenapa dia bisa seyakin itu.

“Arra! Arra! Aku kasih tahu.” Eunhyuk berpikir sebentar sembari telunjuknya mengetuk dagunya. “Tapi tidak jadi ah, sayang nanti aku tidak bisa menebak apa-apa lagi darimu.”

“Hyukkie, aku makin tidak mengerti! Bilang, kalau tidak aku teriak di sini kalau kamu suka menyimpan video-video yadong dan majalah yadong.”

“Andwae!” Eunhyuk panik. “Arraseo! Aku tahu kau suka Jungmo karena…. tadi kau bilang ‘kenapa kau bisa berpikiran seperti itu’.” jelasnya.

Penjelasan yang sama sekali tidak memuaskan bagi Sungmin.

“Maksudmu?!” tanyanya sudah hampir habis kesabaran.

Eunhyuk memutar bola matanya malas melihat sahabatnya itu tidak connect-connect dari tadi. “Kau tidak sadar ya, ini terjadi setiap kali aku berusaha menebak siapa orang yang tengah kau sukai dari SMP. Begitu aku sampai di nama yang benar, kau langsung bilang seperti itu. Giliran nama lain kau akan mengatakan ‘aniyo’ dengan tegas. Jadi aku tahu, kalau kau bicara seperti itu sama artinya dengan ‘iya’.”

“Mwo?!” Sungmin langsung panik setengah mati.

Sungmin tidak percaya kalau mulutnya telah mengkhianatinya! Bagaimana mungkin ia bisa punya kebiasaan sebodoh itu! Mulai sekarang ia merasa ingin mengunci mulutnya rapat-rapat selamanya!.

“Tenang, yang tahu cuma aku. Tadinya mau aku simpan seumur hidup, supaya setiap kali aku menebak namja yang kau suka, tidak susah.” ucap Eunhyuk sembari meminum jusnya.

 

“Jahat! Hyukkie Jahaaat!” Sungmin berpura-pura kesal dan menarik-narik lengan baju Eunhyuk. “Kok tidak pernah bilang sih?”

 

“Kelakuanmu! Umur berapa sih, dirimu? Memalukan! Dilihat Jungmo baru tahu rasa!” kata Eunhyuk cuek.

 

Mendengar perkataan sahabatnya itu ia langsung membenahi sikapnya yang tidak ubahnya seperti anak kecil dan melirik ke arah tempat duduk Jungmo di pojok kafetaria. Beruntung pemuda itu sedang bersama teman-temannya. Coba kalau tidak, bisa hancur image Sungmin.

 

“Eh, daripada kesal seperti itu. Bantu aku milih hadiah buat Donghae, dong!” Eunhyuk mencolek pundak pemuda imut itu saat ia masih sibuk merasa kesal dengan dirinya sendiri. Donghae atau Lee Donghae adalah kekasih Eunhyuk. Laki-laki yang malang. Kalau saja dia tahu pemuda obsesif dan yadong seperti apa yang dijadikannya kekasih.

 

“Tidak mau, Eunhyuk jahat.” Sungmin masih bertingkah seperti anak kecil yang lolipopnya baru diambil temannya. Sungmin masih tidak percaya Eunhyuk tega memanfaatkan kelemahannya untuk mengambil keuntungan darinya.

 

“Hh, masih marah dia. Sudah dong Minnie, kan aku sudah mengaku. Kau juga boleh, mengeksploitasi kelamahanku sebagai balasan.” Tawar Eunhyuk.

 

Sungmin menampakkan ekspresi tertarik. “Jinjja?! Memang kelamahanmu apa?”

 

“Tidak ada,” laki-laki bergummy smile itu tertawa puas, membuat Sungmin menonjok bahunya dengan sebal. “Kalaupun ada, ya cari tau sendiri dong. Usaha.”

 

“Huh.” Sungmin mempoutkan bibir plumnya sambil bersungut-sungut. Mulai sekarang ia harus memperhatikan Eunhyuk untuk mencari tahu kebiasaan buruknya. Walaupun sejauh ini, selain obsesif dan yadong, ia tidak terpikir apa-apa.

 

“Ayo dong Min. Bantu aku milih hadiah buat Donghae, ulangtahunnya sebentar lagi, nih.”

 

Sungmin diam, tak bergeming.

 

“Sungminnie!” Eunhyuk mengguncang-guncang lengan yeoja imut itu.

 

“Arra! Arra! Kenapa sih harus jauh-jauh hari menyiapkan itu semua?!”

 

“Aku kan memang orang yang penuh perencanaan. Daripada nanti mepet-mepet bikin panik.” ucap Eunhyuk membela diri. “Lagipula memilih hadiah itu susah.” lanjutnya.

 

“Terus diabilang ke kamu apa?” tanya Sungmin.

 

“Hmm, dia bilang ‘all I need is love’. Tapi aku bingung. Jadi hadiahnya yang cocok buat dia apa Minnie? Secara, dia sepertinya serba berkecukupan. Dompet punya, jam masih baru, baju juga banyak. Ottokhe?!” ucap Eunhyuk frustasi. Ia yang melihat sahabatnya hanya menggelengkan kepalanya kasihan.

 

“Ya, tunggu saja sampai jamnya rusak atau apa. Masih tiga minggu lagi, kan? Nanti kalau kau membelikan sesuatu yang sekarang dia butuh tapi tahunya besok sudah tidak butuh lagi gimana?”

 

“Iya, juga ya…” Eunhyuk menggigit bibirnya, lalu tiba-tiba, tiada angin tiada hujan, pemuda bergummy smile itu berteriak panik, “Aiissh!”

 

Sungmin yang melihat sahabatnya panik juga ikutan panik. “Kenapa? Kau kenapa Hyukkie?”

 

Sungmin takut kalau-kalau Kyuhyun melakukan sesuatu pada sahabatnya. Memang sih, ia sedari tadi tidak melihat malaikat kematian itu, tapi siapa tahu dia bisa menghilang dari penglihatannya juga. Jika ada yang terjadi dengan Eunhyuk, Sungmin takkan mengampuni malaikat itu.

 

“Aduh! Rusak deh jadwalku!” Eunhyuk menjatuhkan kepalanya ke meja. Sungmin sweetdroop seketika mendengar pernyataan Eunhyuk barusan. Ia kira Kyuhyun sudah melakukan hal yang tidak-tidak, ternyata…

 

“Jadwal apa?”

 

“Berhubung aku harus membelikan hadiah yang praktis, itu artinya aku tidak bisa merencakan membeli hadiah untuk Donghae dari sekarang!” Eunhyuk menyimpulkan, sambil terlihat terpuruk menyadari kenyataan mengerikan bahwa dia tidak bisa mempersiapkan hadiah ulangtahun kekasihnya sebelumnya. Sungmin hanya kembali menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya yang aneh itu.

 

.

 

.

 

.

 

-TBC-

 

 

.

 

.

 

Sign,

 

Yui Chan

Chap 3

Kiss Me and Let Me Die

[Re-post]

T

Sungmin

Kyuhyun

Jungmo

And others

3

Fantasy | Romance | Humor

YAOI | Abal | Aneh | Gaje | AU | OOC | Typo | Bahasa tidak memenuhi EYD | Garing

UNLIKE! DON’T READ!

DON’T COPAST!

Ok,

Happy read ^^

.

.

.

“Jungmo?” gumam Sungmin sembari jempolnya menekan satu tombol di ponselnya. Sedetik kemudian tampaklah pesannya.

.

From : Jungmo

Hey, Minnie.

.

Ini perasaan Sungmin atau memang Sungmin yang kegeeran, setiap kali Jungmo memanggilnya seperti ini. Dia selalu merasa nada sapaan pemuda itu seperti setengah flirting.
Jungmo adalah sesosok pemuda tinggi yang keren di kelas Sungmin. Pemuda itu bukan lah seorang flower boy di sekolahnya, dia hanya seorang pemuda dari kasta mediocre alias super biasa-biasa saja. Dia memang keren, dia memang tinggi, tapi banyak pemuda lain yang menurut orang-orang serba lebih darinya dan itulah yang menyebabkan merekalah yang jadi idola sementara Jungmo, kembali lagi, tetap dianggap biasa.

Sejujurnya, Sungmin sedang menyukai seseorang yaitu pemuda ini, Jungmo. Dan dia berharap bahwa laki-llaki inilah yang nantinya mendapat ciuman pertamanya. Kenapa dia yakin bahwa namja ini yang akan mendapat ciuman pertamanya? Entahlah.

Namun, Sungmin merasa ada sesuatu daya tarik tersendiri dari Jungmo yang tidak bisa ia tolak. Entah apa, sampai sekarang juga dia masih bingung. Tapi menurutnya inilah yang makin membuatnya yakin bahwa he is the one. Dan dia tidak tahu apa yang menyebabkannya suka pada laki-laki itu. Bukankah cinta itu seharusnya begitu? Apakah cinta perlu alasan? Tidak kan.

Back to story.

Sungmin membalas pesan namja itu.

.

To : Jungmo

Hey, ada apa?

.

Tak berapa lama kemudian Jungmo membalasnya.

.

From: Jungmo

Sudah ngerjain tugas dari Park seonsangnim belum? Kalau belum mungkin aku bisa bantu.

.

To : Jungmo

Terima kasih  Jungmo-yah, tapi aku sudah menyelesaikannya tadi pagi.

.

From : Jungmo

Oh, kalau begitu sekarang lagi ngapain? 

.

Hey, tunggu apa Sungmin sudah lupa bahwa ada satu makhluk lain selain dirinya di kamar itu. Ya, malaikat kematian itu masih disana. Duduk manis di kursi belajar Sungmin sambil menatap Sungmin dengan tatapan bosan, bete dan skeptis. Tetapi Sungmin bahkan tak menghiraukannya malah asyik senyum-senyum tidak jelas seperti orang gila saat menatap ponselnya itu.

‘Apa dia tidak apa-apa?’

.

 

.

 

.

Sungmin terkejut ketika tahu keesokan harinya priaa berwajah stoic, si malaikat kematian, belum juga menghilang. Saat Sungmin membuka matanya, dia langsung melihat lelaki itu sedang duduk bersila di lantai dan menatap lurus kepadanya dengan sebal. Waktu itu Sungmin masih setengah tidur dan belum sadar sepenuhnya. Ditambah lagi dia belum sepenuhnya ingat kejadian semalam. Jadi otomatis begitu pemuda bergigi kelinci itu melihat orang asing di sudut kamarnya. Dia langsung berteriak sekeras-kerasnya. Lagi.

“Eommaaa!!”

Kenapa sih pemuda imut itu tidak bisa meneriakan sesuatu yang lebih cerdas atau gentle begitu? ==a

Sedangkan laki-laki bersayap hitam itu hanya memutar bola matanya. “Here we go again.” 

“Minnie! Pagi-pagi sudah teriak-teriak, tidak sopan sama tetangga!” Mrs. Lee. Ibu Sungmin muncul di pintu kamar sang anak dengan tampang kesal karena sempat terkena serangan jantung.

“Kamu sudah hampir telat, cepat sana! Katanya mesti jemput Eunhyuk dulu?”

Sungmin masih menatap kosong pada si malaikat. Ingatan kemarin malam pun membanjir kembali ke otaknya. Sungmin pun merasa lemas seketika, sama sekali tidak mempedulikan ibunya yang sudah keluar lagi dari kamarnya dengan jengkel, karena tidak digubris oleh anaknya.

“Kau masih disini?!” Akhirnya Sungmin bisa berkata-kata.

“Bukan kemauanku tetap di sini, asal kau tahu saja,” gerutu pria bersayap itu.

Sungmin menghela napas. “Dengar, jelas bahwa kau tidak bisa mengambil nyawaku sekarang. Jadi apa gunanya mengikutiku? Lebih baik kau pergi dan lakukan tugasmu yang lain aja. Bukankah setiap jam, menit, detik banyak orang yang meninggal di luar sana? Nanti kalau roh mereka melayang-layang ke mana-mana gimana?”

“Aku juga bisa bekerja dari jauh, tahu.” jawab namja itu masih dengan ekspresi juteknya.

“Yah, terserah. Aku mau kuliah. Awas kalau ngintip waktu aku mandi!” ancam Sungmin sambil berjalan ke kamar mandi.

“Cih, siapa juga yang mau mengintip anak kecil sepertimu.” gumam malaikat itu pelan.

“Ya!! Aku dengar itu!” sergah Sungmin sebelum membanting pintu kamar mandi.

.

.

“Kau kenapa, sih? Jutek mulu.” Ucap Eunhyuk sambil menatapnya dengan heran saat mereka berdua tiba di kelas.

“Soal yang kemarin itu…” Kata Sungmin sambil melirik kanan-kiri untuk memastikan si malaikat tidak ada di dekatnya. Pemuda bergigi kelinci itu sudah tidak tahan untuk tidak bercerita pada seseorang. Jadi ia mencodongkan dirinya ke arah Eunhyuk dan berbisik cepat di telinganya, “Itu malaikat kematian!”

“Apaaaa?” kening Eunhyuk berkerut heran.

“Ya, aku tahu memang susah dipercaya, tapi…”

“Tunggu, tunggu!”

“Tapi dia ada di mana-mana dan bahkan nongkrong di kamar aku.”

“Min…” kata Eunhyuk tidak mengerti dengan pembicaraan sahabatnya itu yang tidak jelas.

“Dia bilang dia tidak bisa pergi, dan, dan…”

“Sebentar..”

“Dia benar-benar membayangi hidupku. Hyukkie! Tolong aku!” Sungmin mengguncang-guncangkan tubuh laki-laki berambut blonde althium itu dengan panik.

“Minnie!!” seruan Eunhyuk membuat Sungmin membeku di tempat.

“Ya?”

“Aku tidak mengerti! Kau bicara apa sih?”

Sungmin terpana,

“Apa sih yang kau bisikan ke aku tadi? Bicaranya pelan-pelan, kenapa?” Ingin rasanya Sungmin menggeplak kepala pemuda yang ada di hadapannya ini. Namun, niatan itu ia urungkan dengan menenangkan dirinya.

“Oke. Ini mungkin terdengar konyol, tapi….”

“Min-ah, aku sudah berteman denganmu bertahun-tahun. I think I can handle it.” Ucap Eunhyuk sok pengertian dan sok inggris.

Sungmin menatap sahabatnya tanpa berkata-kata, bertanya-tanya dalam hati apa maksudnya itu. Apakah Sungmin sesering itu mengatakan hal konyol?

“Yah, pada dasarnya ada malaikat kematian yang mengikutiku. Itu laki-laki yang aku lihat kemarin di tempat kecelakaan itu.”

Eunhyuk terdiam tanpa kata.

“Hyukkie?” tanya Sungmin cemas. Ekspresi Eunhyuk sama sekali tidak terbaca. “Hyukkie! Kau masih sadar, kan?!” Sungmin kembali mengguncang-guncang tubuh sohibnya.

Eunhyuk mengangkat satu tangannya untuk mendiamkan pemuda imut itu dari kepanikkan yang berlebihan. “Itu konyol, bahkan untuk ukuranmu. Kau panas, ya?” Eunhyuk menempelkan tangannya di dahi Sungmin, mengecek kadar kenormalan pemuda itu. Sungmin menepisnya dengan kesal. Sedikit kasar.

“Ini serius! Yang bisa lihat dia cuma aku!”

“Arra. Aku lagi tidak tertarik ngeladenin yang beginian sekarang.” Eunhyuk berlalu dari hadapannya dengan tidak peduli.

“Hyukkie, percaya dong!” Sungmin mengguncang-guncang lengan Eunhyuk. Berharap sahabatnya itu percaya padanya.

“Sungmin, Please. Kecuali kalau kau bisa kasih bukti nyata bahwa ceritamu itu benar. Aku tidak mau dengar omong kosong itu. Lagi sakit kepala, nih.”

Sungmin POV 

Aku menyilangkan tangan dan di depan dada dengan kesal. Aku tahu Hyukkie tidak bakal percaya. Dan bagaimana pula aku bisa membutikkan padanya kalau yang bisa melihat si malaikat hanya aku? Uuh…. Tampaknya memang aku harus mengatasi ini sendirian.

Omong-omong soal dia, saat jam pertama kuliah tadi pagi, aku melihatnya. Dia berdiri di sudut kelas, mengamatiku dengan gaya menyebalkanya yang biasa. Aku menatapnya balik sambil cemberut. Dia benar-benar keras kepala, ya? Buat apa sih dia membuang waktunya dengan mengikutiku? Aku tidak ada keinginan untuk mati dalam waktu dekat!

Hmm, tapi jangan-jangan, bagaimana kalau seseorang yang dibayangi malaikat lebih mudah terancam jiwanya?! Aku harus ekstra hati-hati, nih.

POV end

“Awas!” Sungmin merentangkan tangannya di depan Eunhyuk saat mereka hendak menyeberang jalan di depan sekolah mereka.

Eunhyuk menoleh ke kanan-kiri. “Apaan sih? Jalanan kosong begini?”

“Motor!” jawab Sungmin sambil menunjuk ke sebelah kanan. Sebuah titik hitam tampak melaju cepat ke arah mereka. “Motor masih 1 kilometer jauhnya begitu kau teriak, awas?!” dengan kesal Eunhyuk menepis tangan Sungmin dan segera menyeberang sendiri. Meninggalkan Sungmin yang masih menunggu dengan sabar sampai motor itu lewat. Namun, ternyata kalau ditunggu, lalu-lintas itu tidak ada habisnya.

“Minnie-yah! Mau sampai kapan kau ada di situ?!” teriak Eunhyuk frustasi saat sepuluh menit kemudian Sungmin masih berdiri di tempat yang sama belum melangkahkan kakinya sedikit pun ke jalanan. Pemuda imut itu hanya meringis putus asa.

.

.

“Kau memang jenis manusia yang lucu.” si malaikat berkomentar saat Sungmin merebahkan dirinya di atas ranjang berseprai pink miliknya sorenya.

“Apa sih maksudmu?” tanya Sungmin geram. “Bukankah tujuanmu mengikutiku adalah menunggu sampai kecelakaan atau kejadian lain menimpaku dan membunuhku, supaya kau akhirnya bisa mengambil nyawaku?!”

“Hmm, yah. Bisa dibilang begitu. Tapi aku tidak merasa itu akan terjadi dalam waktu dekat. Ada sesuatu yang menghalangimu meninggalkan dunia ini dan sampai itu terpecahkan, kurasa kau tidak akan mati.”

Sungmin sedikit terkejut mendengarnya. “Jinjja!”

Sungmin bertanya-tanya dalam hati apa kira-kira hal yang menghalanginya itu. Pasti sesuatu yang penting. Sungmin memandang pria itu yang tampaknya tidak pernah tersenyum.

“Hei rasanya tidak enak tidak bisa memanggilmu karena kau tidak punya nama. Bagaimana kalau aku memberimu nama?”

“Apa?” Pria itu tampak menganggap itu ide yang buruk. “Tidak perlu.”

“Ini supaya aku lebih gampang memanggilmu aja, kok! Tidak usah kau pakai selamanya. Misalnya kalau aku… mm… sudah tidak ada nanti.”

laki-laki itu menatap Sungmin sambil melayang naik-turun di tengah kamar bernuansa pink itu. Jadi Sungmin anggap hal itu sebagai persetujuan.

“Arra. Namamu, mm… Kyuhyun!”

“Pasti kau mengambilnya dari nama salah satu member boyband terkenal kan? Yang sering menampilkan wajah sok cool.” tuduhnya. “Saat saat performnya itu, yang digila-gilai semua yeoja.”

Wajah Sungmin memerah. Sejujurnya ia tahu memang agak memikirkan Cho Kyuhyun salah satu member Boyband terkenal waktu tadi ia memberinya nama. Karena mungkin kemiripan sifat, tingkah laku dan evil smirk dan hasilnya nama itulah yang pertama muncul dalam otaknya.

“Ya sudah, kalau begitu biar kucari nama yang lain.” Sungmin mengalah.

“Sudah, sudah! Merepotkan saja. Biar kupakai nama itu. Toh nama itu, err.., tidak buruk.”

“Jeongmal?” wajah Sungmin berseri-seri seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan es krim. “Senangnya! Jadi namamu Kyuhyun!”

“Ya! ingat aku bukan binatang peliharaanmu!”

“Siapa juga yang mau memelihara malaikat kematian!”

“Biar begini aku lebih keren daripada kucing atau anjing!”

“Berisik! Aku tidak pernah tahu malaikat kematian itu cerewet sekali!”

“Hei, jangan macam-macam ya!”

Sungmin PoV

Kamarku jadi lebih ramai daripada biasanya gara-gara perdebatan kami yang tidak ada habisnya dan entah kenapa aku agak menikmati keributan ini. Mungkinkah aku mulai menikmati keberadaan Kyuhyun Di sini? Tapi itu kan tidak masuk akal. Siapa yang tahu kalau misalnya aku terus membuatnya kesal tiba-tiba di malam hari dia memenggal kepalaku atau apa.

Bisakah dia melakukan itu?

“Tidak bisa, bodoh.”

“Ah! Kau bisa membaca pikiranku!?”

“Tentu saja, jadi mulai sekarang kau jaga baik-baik pikiranmu dan jauhkan dari hal-hal yang menjijikan.”

“Pelanggaran privasi! Jangan masuk-masuk ke pikiranku.”

“Ugh. Dasar manusia. Cerewet sekali.”

 

-TBC-

 

Sign,

 

Yui Chan

Chap 2

Kiss Me and Let Me Die

[Re-post]

T

Sungmin

Kyuhyun

Jungmo

and others

Fantasy | Romance | Humor

2

YAOI | AU | Abal | Aneh | Gaje | Garing | OOC | OOT | Typo (s) | Bahasa gag sesuai EYD

UNLIKE! DON’T READ!

DON’T COPAST!

Ok,

Happy Read ^^

.

.

.

Sungmin menjerit sekeras-kerasnya, setengah karena kaget dan setengah karena takut. Pikiran-pikiran tidak masuk akal melintas di benaknya sementara dia melompat turun dari tempat tidur dan berlari ke pintu.

“Eommaaaa!!” teriaknya panik sambil membuka pintu. Bukan tindakan yang paling dewasa untuk dilakukan laki-laki berumur 18 tahun, percayalah. Tapi lelaki itu segera menangkap tangannya dan menariknya masuk lagi, lalu dia menghempaskan pintu di belakangnya.

“Berhentilah mencoba kabur dariku!” bentaknya.

Sungmin terdiam sambil gemetar disudut kamarnya, saat tiba-tiba pintu kamarnya terhempas terbuka lagi dan kedua orang tuanya berdiri disana dengan ekspresi khawatir. Bahkan adiknya, Sungjin ikut-ikutan melongokan kepalanya dengan penasaran.

“Kenapa, Minnie?” tanya Umma Sungmin bingung sambil menatap anak laki-lakinya yang tegang di sudut kamarnya.

“Itu! Ada orang aneh mengejar-ngejarku!” ujar Sungmin sambil menunjuk pada pria berambut hitam yang masih melayang-layang naik turun sambil bersedekap di tengah-tengah kamarnya dan memamerkan senyum seringai.

Tetapi di luar dugaannya, kedua orang tuanya hanya menatap kosong kearah yang ia tunjuk, tampaknya tidak menyadari hal aneh di kamarnya sedikit pun.

“Mana? Apa dia maling?” Ayah Sungmin berjalan menyebrang ruangan dan memeriksa ke luar jendela. “Tidak ada siapa-siapa di sini.”

“Itu! Dia tepat di situ! Masa Umma sama Appa gag liat?!” tanya Sungmin tidak mengerti, masih telunjuknya menunjuk-nunjuk pada si namja yang hanya tersenyum cuek. Sungjin memandang berkeliling sejenak lalu menatap hyungnya itu dengan ekspresi geli.

“Hyung takut tidur sendirian ya?” godanya. “Katanya sudah besar, kok masih penakut?”

Sungmin mengepalkan kedua tangannya erat-erat. “Jangan mulai deh, Sungjin…”

Ibu Sungmin hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Kamu pasti mimpi buruk. Sudah sana tidur lagi.”

“Eomma! Jangan tinggalkan aku!” lagi-lagi pemuda aegyo itu bertingkah kurang gentle sebagai namja berumur 18 tahun dan menyambar ujung piyama ibunya. Sungjin hanya tertawa terpingkal-pingkal. Jelas saja hal itu membuatnya makin yakin, kalau hyungnya memang penakut seperti yang dituduhnya. Tapi saat itu Sungmin tidak peduli, Nyawanya lebih penting dari image-nya.

“Minnie, apa-apaan sih? Kamu kan sudah besar. Sudah jangan teriak-teriak lagi, nanti tetangga bangun semua.” ucap ibunya ketus kemudian ibunya, Ayahnya dan Sungjin melenggang keluar dari kamarnya dan menutup kembali pintunya. Meninggalkannya specheless sendirian dalam keadaan setengah merangkak di lantai.

“Yang bisa melihatku cuma orang-orang yang berkepentingan denganku.” suara dingin pria itu menyadarkannya kembali dari bayangan sementara bahwa ini hanya mimpi. Sungmin tersentak dan melompat berdiri mundur ke dinding dan menjauhi laki-laki mengerikan itu.

“Kau ini siapa?” tanya Sungmin memberanikan berdiri.

“Yah, aku sebetulnya tidak punya nama. Tugasku hanyalah mengumpulkan jiwa-jiwa manusia yang sudah meninggal. Kalian biasa menyebutku apa ya?” ucap pria itu tampak berpikir-pikir.

“Ma-malaikat kematian?!” teriak Sungmin panik.

“Yah, itu. Kalian manusia memang suka terlalu dramatis.” Laki-laki itu mengangkat bahu tak peduli.

Sungmin tidak bisa berkata-kata. ‘Yang benar saja! Memangnya malaikat kematian itu ada?!’ batin Sungmin. Sampai detik ini Sungmin belum mempercayai hal semacam itu. Tapi namja itu memang melayang-layang di situ dan juga mempunyai sayap hitam yang cukup besar. Walaupun tidak membawa pacul mengerikan yang biasanya digambarkan dibawa oleh malaikat kematian di dalam komik yang selalu ia baca. Namja itu memang tidak terlihat oleh orangtuanya, hanya terlihat olehnya saja.

“Nah, aku betul-betul tidak bisa buang-buang waktu denganmu, jadi….” malaikat – namja – itu menarik tangan Sungmin sehingga mereka berdua berdiri berhadapan dekat sekali bahkan Sungmin bisa melihat mata cokelat indah namun tajam milik malaikat itu dan entah kenapa jantung Sungmin berdetak kencang dan juga ia tidak bisa bergerak.

Namun, akhirnya Sungmin hanya bisa memejamkan matanya rapat-rapat menunggu apa yang terjadi sesudahnya. Dapat ia rasakan aura gelap dan dingin menyelubungi dirinya.

‘Apakah aku akan mati?’

Sedetik… dua detik… tidak terjadi apa-apa.

“Sial!” tiba-tiba malaikat itu melepaskan Sungmin. Sungmin membuka mata dengan terkejut, melihat malikat itu tampak kalut mondar-mandir di kamarnya yang cukup sedang. Seperti kesal karena ada sesuatu yang menghalanginya melakukan sesuatu.

“Wa-waeyo??” tanya Sungmin penasaran walaupun rasa takut itu masih menelingkupinya.

“Kenapa jiwamu tidak mau lepas dari tubuhmu?!”

Sungmin hanya memandangi si Malaikat dengan tatapan kosong sama sekali tidak mengerti. Kemudian Sungmin menawarkan jawaban yang kedengarannya memang bodoh, tapi baginya adalah yang paling jelas, “Mungkin karena… aku masih hidup?”

“Tapi kau seharusnya sudah mati!” kata malaikat itu masih kesal. Malaikat itu mengeluarkan sebuah perkamen dari balik jubahnya dan memeriksanya dengan teliti. “Tuh lihat! Benar kan itu namamu?” tunjuknya ke arah perkamen itu.

Sungmin menghampiri pria itu dan menatap perkamen yang ternyata sebuah daftar itu dengan penasaran. Dan memang benar namanya tertulis di sana: Lee Sung Min, meninggal 25 januari 2012. Sungmin jadi bergidik ngeri saat melihatnya. Beberapa nama lain tertulis di sana, tapi malaikat itu cepat-cepat melipatnya lagi sebelum Sungmin sempat membaca yang lainnya.

“Manusia tidak boleh tahu ini,” ucap malaikat itu dengan nada rendah mengancam yang membuat nyali Sungmin ciut seketika.

“Jadi…. Jadi kau betul-betul malaikat kematian?”

“Sudah kubilang kan dari tadi? Kau betul-betul mengacaukan jadwalku.”

Dan perkataan yang keluar dari mulut malaikat itu membuat Sungmin makin bingung dan tanpa sadar mengeluarkan aegyonya. “Jadi maksudmu, aku harusnya mati hari ini, tapi nyatanya aku masih hidup? Begitu? Kalau begitu, perna terpikir tidak bahwa ada lebih dari satu orang yang bernama Lee Sung Min di dunia ini? Maksudku, dunia ini kan luas dan ada beribu-ribu orang dan…. ” Sungmin bermaksud mengatakan itu seperti cara Eunhyuk tadi di telepon, tapi malaikat itu langsung memotong ucapannya dengan cara mengacungkan semacam tongkat ke wajahnya.

Tongkat itu bersinar dan dia segera menyimpannya kembali ke balik jubahnya. “Tidak. Kau kira aku tidak punya pendeteksi? Kalau malaikat kematian hanya bekerja dengan menggunakan daftar, bisa dibayangkan berapa kesalahan yang mungkin kubuat dalam satu hari saja karena banyaknya orang bernama sama?” gertaknya.

“Ini semua gara-gara kau melakukan tindakan di luar dugaan yang bodoh itu.” ucap malaikat itu dengan nada masih kesal.

“Tindakan di luar dugaan yang bodoh apa?” tanya Sungmin dan lagi-lagi mengeluarkan aegyonya tanpa sadar membuat malaikat yang sedari tadi menatapnya sebal jadi sedikit tertegun.

Cepat-cepat malaikat itu mengalihkan perhatiannya, lalu kemudian menatap Sungmin lagi, “Menyelamatkan anak kecil itu! Seharusnya kau tetap berdiri bersandar di tiang itu, sehingga mobil itu menabrakmu!”

Sungmin jadi kesal juga masalah hidup-matinya dibicarakan seperti tawar-menawar di pasar. “Apa sih maksudmu? Mana bisa aku tinggal diam sementara ada anak kecil yang terancam jiwanya?!”

“Anak itu akan Selamat, entah kau tolong atau tidak. Karena mobil itu akan membanting setir di detik terakhir dan menabrak tiang itu. Menabrakmu juga seharusnya.”

Sungmin membelalakan matanya saat itu juga. Jadi intinya, dengan mencoba menyelamatkan anak itu – walaupun tidak perlu – dia telah menyelamatkan nyawanya juga?

“Wah, kalau begitu mungkin takdirku berubah karena aku berbuat baik di saat terakhirku.” jawab Sungmin senang sembari mencibirkan bibir ke arah si malaikat.

Sedangkan malaikat itu sendiri, memutar bola matanya. “Itu sama sekali tidak masuk akal.”

“Kalau begitu menurutmu apalagi yang terjadi? Sudah deh, berhubung aku ternyata tidak mati, sebaiknya kau pergi aja. Buang-buang waktu aja di sini.” kata Sungmin sambil mengibas-ngibaskan tangannya bermaksud mengusir si malaikat.

Malaikat itu memegang kepalanya dengan ekspresi despresi, frustasi, dan stres seperti author saat ini. “Tidak, aku tidak bisa menghilang dari hadapanmu sebelum tugasku selesai.”

“Tapi bagaimana dengan orang-orang lain yang memang meninggal?” tanya Sungmin.

“Aku bisa mengurusnya, tapi sekali lagi aku tidak akan bisa meninggalkanmu.” ucap malaikat itu dengan nada datar.

“Jadi maksudmu, kau akan tetap membayangiku siang dan malam, begitu?” Tanya Sungmin dengan tampang dan nada horror.

“Sudah kubilang kan, jangan terlalu mendramatisir. Tapi ya, kira-kira begitulah. Huh, padahal aku tidak tertarik untuk jadi babysitter.”

“Ya! Aku sudah 18 tahun.” Protes Sungmin.

“Jelas tidak seperti itu.”

Sungmin sudah kesal bahkan kekesalannya sudah mencapai ubun-ubun. ‘apa-apaan sih malaikat kematian ini. Aku sama sekali tidak mengerti apa maunya dan kenapa aku harus berurusan dengannya sementara aku jelas-jelas masih hidup.’ batin Sungmin frustasi. Akhirnya Sungmin memilih melompat ke atas tempat tidurnya dan masuk ke bawah selimut.

“Ini cuma mimpi dan waktu aku sudah bangun besok pagi kau sudah tidak ada.” katanya tegas seakan dengan begitu hal itu bisa menjadi kenyataan.

“Tidak semudah itu mengusirku Sungmin-ah.”

Tapi saat itu Sungmin sama sekali tidak peduli. Dia hanya menulikan telinganya, bergelung dalam selimut, menutup matanya rapat-rapat dan melupakan segala yang terjadi dalam lima belas menit terakhir.

Namun saat dia mau terlelap tiba-tiba ponselnya bergetar dan berbunyi nyaring membuat dia dan malaikat itu terlonjak kaget. Dengan segera dan tanpa peduli si malaikat kematian yang masih setia melayang-layang diatas meja belajarnya, dia menyambar ponselnya yang terletak di meja belajarnya. Sedetik kemudian matanya membulat penuh.

Layar ponselnya menampilkan satu massege dari seseorang.

“Jungmo?”

-TBC-

Sign,

Yui Chan

Chap 1

Kiss Me and Let Me Die

[Re-post]

T

Sungmin

Kyuhyun

Jungmo

and others

Fantasy | Romance | Humor

1

YAOI | AU | Typo (s) | OOC | OOT | Garing | Aneh | Abal | Gaje | Bahasa tidak sesuai EYD

UNLIKE! DON’T READ!

DON’T COPAST!

Ok,

Happy read ^^

.

.

 

Sungmin POV

Kalian ingin tahu bukan bagaimana si malaikat maut itu mengikutiku sampai sekarang? Ok, aku akan ceritakan.

Ini semua terjadi dimulai gara-gara kekonyolan sahabatku. Sahabatku sejak SMP, Eunhyuk yang memaksaku untuk menemaninya membeli kartu Valentine di gift shop dekat rumah kami. Di bulan Januari -tepatnya tanggal 25-.

Siang itu aku menemaninya dengan berat hati ke gift shop itu. Saat itu, aku sedang menunggu Eunhyuk di luar toko. Aku bilang hanya sampai di situ saja aku mau menemaninya.

Ketika kejadian itu terjadi, aku sedang bersandar pada sebuah tiang di tepi jalan. Mengamati orang-orang yang berlalu-lalang di sekitarku dan tiba-tiba sebuah bola milik seorang anak kecil menggelinding ke tengah jalan. Biasanya mereka akan berlari mengejarnya dan biasanya akan ada mobil yang akan membahayakan nyawa mereka.

Jadi, tanpa berpikir panjang lagi aku berlari mengejar anak itu, tepat saat aku mendengar lengkingan klakson sebuah mobil yang mengarah pada kami. Aku menyambar anak itu, menggendongnya dan melompat sejauh aku bisa ke seberang jalan. Mobil itu berbelok tajam dan menabrak tiang yang sebelumnya kubuat untuk bersandar dengan kecepatan penuh. Tiang itu langsung bengkok dan mobil itu rusak berat.

Jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya dan tanpa sadar aku mencengkeram anak kecil itu erat-erat. Waktu dia mulai menangis, barulah aku tersadar aku mungkin menyakitinya. Kuturunkan anak itu ke jalan dan bertanya dengan khawatir, “Gwenchanayo?”

Anak itu menggelengkan kepalanya tapi tetap menangis keras-keras. Mungkin dia shock atau mungkin dia hanya sedih karena bolanya terlindas mobil tadi. Aku tidak yakin.

Seorang ibu datang berlari-lari tidak lama kemudian wajahnya pucat pasi. “Gamsahamnida, Nak, kamu menyelamatkan anak saya. Siapa nama kamu?”

“Sungmin.” kataku dengan bangga, sebangga yang bisa dirasakan orang yang baru saja hampir tetabrak mobil. Ibu itu mencoba memberiku beberapa lembar uang atas jasaku, tapi aku menolak dengan rendah hati.

Ibu itu akhirnya menyerah dan pergi setelah berterima kasih berkali-kali kepadaku, dan aku membuatnya berjanji untuk menjaga anaknya dengan lebih baik mulai sekarang. Aku menoleh dan melihat malaikat yang sebenarnya, di dekat tiang yang ditabrak mobil tadi.

Saat itu aku tidak tau kalau dia sesosok atau seseorang atau sebuah (?) malaikat. Dia hanya berdiri disana, seorang laki-laki cukup tampan dan keren yang kelihatannya berumur sama sepertiku -walaupun kuketahui belakangan kalau umurnya sudah 1900 tahun-. Berambut hitam kelam dan bermata cokelat gelap. Memandangku lurus-lurus dan berkata, “Lee Sungmin, aku datang untuk mengambil nyawamu.”

Well, menurutmu apa yang harus dilakukan kalau seseorang mengatakan itu padamu?

Aku lari.

POV End

.

.

Didalam perjalanan menuju rumahnya. Ya, Sungmin memutuskan untuk pulang ke rumahnya, menatralisiskan keaadaannya yang masih shock.

Sungmin panik dan masih bertanya-tanya apakah namja tadi adalah seorang mafia atau salah satu anak buah dari Yakuza yang disuruh itu membunuhnya karena dendam atau apa. Waktu ponselnya berbunyi nyaring. Nyaris saja dia melempar benda mahal itu karena kaget. Lalu cepat-cepat dia periksa ponselnya, mungkin saja laki-laki itu sudah berhasil melacaknya dan hendak mengirimkan serangan ancaman berikutnya.

Ternyata panggilan masuk itu dari Eunhyuk. Sungmin menekan tombol hijau dan detik itu juga terdengarlah Eunhyuk mengamuk karena Sungmin pergi begitu saja meninggalkannya.

Sungmin menghela nafasnya, “Maaf…” ucapnya memelas yang pastinya setelah Eunhyuk menyemburnya. Benar-benar deh, apa sahabatnya itu tidak tahu kalau tadi Sungmin hampir saja nyawanya tergadai. Ah, ya Eunhyuk bisa mengerikan kalau dia sedang berkonsentrasi pada sesuatu, dia pasti tidak akan memperdulikan keadaan sekitarnya.

Jadilah Sungmin dengan suka rela menjelaskan pada sahabatnya itu tentang pria itu dan kenapa dia lari pulang begitu saja.

“Apa?! Kau sebaiknya punya alasan yang lebih baik daripada itu. Sungmin-ah!”

Coba, deh. Dikira Sungmin mengada-ngada.

“Aku tidak bohong!” sanggah pria manis itu sedikit kesal dengan sahabatnya.

Eunhyuk terdengar menghela napasnya. “Oke. Coba aku ulang ya. Jadi ada pria aneh tak dikenal yang muncul setelah kecelakaan mobil dan bilang ‘aku datang untuk mengambil nyawamu!’ dan terus kau lari?” jadi terdengar konyol di telinga Sungmin kalau Eunhyuk mengatakannya seperti itu.

“Ya habis aku mesti ngapain? Bilang ‘oh, ya, silahkan kalau begitu’? Apalagi dia tahu nama aku, Hyukkie! Namaku lengkap dengan margaku, lagi! Aku kan takut.”

“Pernah gak terlintas dipikiranmu kalau namja itu mungkin disuruh salah satu anak di kelas kita buat ngejahilin dan sekarang mereka lagi ketawa ngakak karena usaha mereka sukses besar?” tanya Eunhyuk kesal.

Sungmin tertegun mendengar pernyataan Eunhyuk. Yah, itu memang masuk akal dan sejujurnya Sungmin belum sampai pada kemungkinan yang itu.

“Mmm… nggak.” ucapnya polos.

“Memang apa yang kau pikir?” kata Eunhyuk dengan nada yang terdengar seakan mengatakan ‘capek gue punya temen dodol kaya lo.’

“Mmm…” Sungmin baru mau mengatakan soal pembunuh bayaran itu, tapi dengan bijak Sungmin mengurungkan niatnya. “Tidak. Aku belum mikir apa-apa. Cuma terpikir lari aja. Hyukkie mianheyo, aku memang kurang bisa mengatasi situasi darurat. Kau kan tau sendiri, ingat tidak waktu ada ledakan dilab kimia waktu itu terus aku bukannya lari ke pintu malah lari ke jendela? Maaf, aku panik. Maaf…” ucap Sungmin dengan nada suara sesedih mungkin karena inilah kelemahan Eunhyuk. Kalau bisa sih dia bisa memakai jurus kitty eyes ala Puss in Boots di film Shrek dijamin Eunhyuk akan luluh, tapi sayang dia tak bertemu dengan sahabatnya itu jadilah tidak harus menggunakan jurus itu.

Eunhyuk terdengar mulai menarik napas lagi. “Terserah deh. Tapi besok kau harus jemput aku sebagai gantinya.”

“Beres.” jawab pemuda bergigi kelinci itu riang.

Setelah pembicaraan ditelepon itu selesai, Sungmin menghempaskan dirinya ke atas tempat tidur. Lalu pemuda aegyo itu entah kenapa mulai tertawa tidak jelas. Menertawakan kebodohannya sendiri.

Tetapi kemudian tertawa riangnya hilang entah kemana diganti dengan raut muka penuh ketakutan. Sungmin kembali melihat sosoknya.

Sosok laki-laki tadi, hanya saja kali ini lengkap dengan sayap hitam lebar di punggungnya, dan dia melayang di atas meja belajar Sungmin dan menatapnya dengan ekspresi kesal. “Kau pikir kau bisa lari ke mana, Lee Sungmin?”

“Eommaaa!!”

-TBC-

sign,

yui chan

Prolog

Kiss Me and Let Me Die

[Re-Post]

T

Sungmin

Kyuhyun

Jungmo

and other cast

Prolog

Fantasy | Romance | Humor

YAOI | AU | OOC | OOT | Aneh | Abal | Gaje | Typo | Bahasa tidak memenuhi EYD | Garing

UNLIKE! DON’T READ!

DON’T COPAST!

Ok,

Happy read ^^

.

.

.

.

Sungmin POV

Namaku Sungmin, dan aku sedang dikejar-kejar malaikat kematian.

Aku tahu kedengarannya aneh. Ironis sekali? Memangnya tidak ada semacam kode etik malaikat atau apa gitu yang melarang mereka mengejar-ngejar spesies mereka sendiri? Dan lucunya, aku bukan dikejar-dikejar karena mempunyai hutang. Aku dikejar, karena nyawaku mau diambil. Tidak mau!!

Tapi aku heran kenapa sampai sekarang ‘dia’ belum mengambil nyawaku juga? Katanya sih ada sesuatu yang menghalanginya untuk mengambil nyawaku. Aku dan dia tidak tahu itu apa. Dan menurutnya sudah waktunya aku meninggalkan dunia ini seminggu yang lalu.

Helo, ini konyol. Aku masih berumur 18 tahun. Dan aku mempunyai banyak keinginan, seperti kuliah, keliling dunia, lalu menikah, punya anak dan cucu. Dan yang paling penting seperti yang sudah kukatakan berkali-kali pada malaikat keras kepala itu, aku masih belum mendapatkan ciuman pertamaku!

Jangan memandangku seperti anak perempuan. Itu murni dari dalam lubuk hatiku. Dan jangan salah, aku bukan menginginkan sembarang ciuman pertama. Aku ingin itu ciuman pertama orang itu juga. Siapa pun dia. Dan dia harus benar-benar belahan jiwaku. Ciuman yang tepat.

Masalahnya, sang malaikat yang katanya tidak punya banyak waktu ini tidak mau mengerti dan tidak mau meluangkan waktunya untuk mendengarkan penjelasanku. Kalau memang dia sesibuk itu, kenapa dia tidak pergi saja dan mengejar orang-orang lain yang memang sudah waktunya meninggal? Kenapa dia menghabiskan waktunya mengejar-ngejar aku yang jelas-jelas belum mau, bukan belum bisa pergi?

Dan ini bahkan belum waktuku untuk pergi. Buktinya aku masih hidup. Bukankah kita tidak bisa melawan takdir? Kalau sudah waktunya bagiku untuk pergi, seharusnya aku tidak bisa tetap hidup. Walaupun aku memang melakukan “tindakan di luar dugaan”, seperti kata dia.

-END PROLOG-
sign,

Yui chan